Selasa, 14 Desember 2010

C-I-N-T-A (Part 1)

Cinta.....oh cinta....itulah hal yang sangat menarik dan tak pernah henti untuk dijadikan perbincangan, terutama oleh kawula muda. C-I-N-T-A...........sebuah kata yang terdiri dari 5 huruf. Simpel hurufnya.......tapi komplekssssss maknanya.

“Cinta itu Buta” or “Love is Blind”. Kita sering sekali mendengar istilah ini di dalam kehidupan kita sehari-hari. Apakah benar Cinta itu buta??? Inti dari permasalahan yang ada bukanlah mencari kebenaran dari kalimat ini. Karena kalimat ini memiliki dua kemungkinan, bisa jadi benar untuk sebagian orang dan bisa jadi tidak benar untuk sebagian yang lain.

Kelompok pertama, yaitu yang membenarkan kalimat itu. Siapakah mereka?? Mereka bukanlah sekelompok tuna netra yang sampai-sampai tidak bisa melihat Cinta. Kelompok pertama yang dimaksud disini adalah kelompok yang normal penglihatan fisik, akan tetapi lemah akal dan imannya. Mereka mengejar cinta yang semu dan hanya bersifat sementara. Hawa dan nafsu dunia yang menguasai mereka seolah dibuat tak berdaya. Apa yang mereka kejar tak ubahnya “Fatamorgana di Padang Pasir”, panas yang membahang disangka air” (mengutip nasheed pertama yang saya dengar---Raihan: Antara 2 Cinta).

Sungguh kasihan nasib kelompok pertama ini. Begitulah orang-orang yang sudah dibutakan oleh nafsu dunia. Apa yang mereka buru dan cara mereka untuk mendapatkan buruan mereka tidaklah mengindahkan kaidah agama Allah, yaitu Islam. Jadi, dalam hal ini yang lebih tepat adalah bukan cinta yang buta akan tetapi “Nafsu Dunia itu Buta”. Hal ini dikarenakan setiap kali yang kita lakukan itu di pandu oleh Nafsu Dunia, maka kita hanya akan terjerembab ke dalam “Kubangan Dosa”. Ini menandakan bahwa Nafsu Dunia adalah pemandu yang salah. Ya...beginilah nasib cinta yang terkontaminasi Nafsu Dunia.

Oopzzz......!! Kelompok yang pertama di atas sangat memerlukan pertolongan. Ibarat seorang buta yang perlu dituntun saat akan menyebrangi jalan raya. Sama dengan orang yang sedang di mabuk cinta. Mereka juga perlu dituntun dan diajak pada jalan yang syar’i. Agar mereka bisa berkumpul bersama kelompok yang kedua ini.

Dan inilah....sosok dari kelompok kedua. Kelompok kedua ini adalah kelompok yang beruntung. Mereka bisa menyeimbangkan antara anugerah yang secara alami datang dengan akal yang sangat rasional. Mereka berpikir, berkata, dan bertindak dengan emosi yang terkendali. Hal ini dikarenakan, mereka pintar dalam meletakan Cinta itu sesuai pada tempatnya.

Diawal-awal waktu, kelompok yang kedua ini harus berjuang dengan segenap jiwa untuk menjaga kesucian Cinta. Banyak sekali godaan yang ada di depan mereka. Akan tetapi, mereka bisa melewati itu semua, tentunya karena pendekatan diri kepada Rabb yang menciptakan alam semesta ini. Mereka lah orang-orang yang akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.

Ibarat kita meminum segelas air, apa jadinya bila air tersebut “diobok-obok” sebelum diminum?? Tentunya kita akan merasa jijik untuk meminum air di gelas tersebut. Dan pada akhirnya, air itu akan dibuang untuk diganti dengan yang belum “diobok-obok”. Na’udzubillah min dzalik.....Bila dianalogikan, air tersebut seperti kaum hawa. Tidak sedikit kaum hawa yang rela membuka “segelnya” sebelum dibeli. Dan para calon pembeli itu ternyata hanya ingin mendapatkan kesenangan sesaat dengan Cuma-Cuma. Dikatakan Cuma-Cuma disini, karena mereka tidak ingin membayar harga dari sebuah cinta yang suci yang penuh akan pengorbanan di jalan Allah. Dan di ujung-ujungnya, wanitalah yang menjadi korban dan menderita kerugian terbanyak.

Akan tetapi, kita juga tidak bisa menyalahkan kaum adam sebagai pihak yang membuat kaum hawa menderita kerugian. Teringat kata bang Napi , “Kejahatan tidak hanya datang dari niat pelakunya, tapi hal itu timbul karena ada kesempatan untuk melakukannya”. Biasanya, kesempatan itu bersumber dari wanita. Oleh karena itu, wanitalah yang tertuntut agar pandai-pandai dalam menjaga izzah dan iffahnya. Karena dikatakan bahwa fitnah dunia yang paling kejam itu berasal dari kaum wanita. Sebanyak apa pun orang yang mengetuk pintu, selama yang memiliki rumah tidak membukakan pintu, maka tidak ada yang bisa masuk ke dalam rumah. Tapi, bukan hanya wanita saja yang dituntut untuk menjaga hatinya, kaum adam pun juga tertuntut untuk menjaga kesucian hati mereka.

Manusia bebas untuk memilih jalan mana yang ingin ia tempuh. Dan perlu kita ketahui bahwa setiap pilihan yang kita ambil, itu sudah ‘sepaket’ dengan tantangan, hambatan, godaan, risiko serta dampak positif-negatifnya. Semoga para pembaca bisa memilih segala urusan apa pun dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih. Sehingga kita akan terhindar dari murka Allah dan berharap kita mendapat Ridho Allah. Karena bila Allah sudah ridho dengan makhluk ciptaan-Nya maka kebahagiaan hakiki sudah ada di tangan kita. Dipersilahkan untuk memilih, ingin menjadi kelompok yang satu atau yang kedua!!...^_^...


by Afifah Thahirah
"Allahumarzuqna Al Mauta Al Muthaharah"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar